
Paul Pogba
Kalau ngomongin Paul Pogba, rasanya nggak pernah habis bahan cerita. Gelandang flamboyan asal Prancis ini selalu jadi bahan perbincangan, baik di dalam lapangan maupun di luar. Kali ini, kabarnya cukup mengejutkan dan bikin banyak orang menggaruk kepala. Paul Pogba resmi gabung AS Monaco, klub asal Ligue 1 yang selama ini dikenal sering jadi tempat lahirnya talenta besar.
Setelah absen panjang karena sanksi doping selama 18 bulan, Pogba akhirnya memilih kembali ke Prancis. Tapi bukan ke PSG seperti banyak yang kira, melainkan ke Monaco. Apa alasan di balik keputusan ini, gimana kondisi fisiknya sekarang, dan apa peluang Pogba buat bersinar lagi? Yuk kita bahas bareng dengan gaya ngobrol santai.
Pogba dan Masa Lalu yang Rumit di Juventus
Sebelum kita masuk ke cerita Paul Pogba di Monaco, nggak lengkap kalau nggak menengok ke belakang dulu. Pogba baru aja resmi mengakhiri kerja samanya dengan Juventus. Di sinilah banyak drama terjadi. Bukan cuma soal cedera, tapi juga soal sanksi doping yang bikin dia harus menepi cukup lama.
Dalam wawancara emosional yang dikutip dari TV One News, Pogba mengaku kecewa berat sama Juventus. Bahkan katanya sambil menangis, dia menyebut banyak hal yang tidak adil selama masa-masa sulit di sana. Dari perlakuan klub, sampai dukungan yang katanya setengah hati. Pogba merasa seperti sendirian.
Wajar aja kalau akhirnya dia pengen lembaran baru. Dan pilihan jatuh ke AS Monaco, klub Ligue 1 yang nggak terlalu disorot tapi punya fondasi yang cukup stabil buat pemain seperti Pogba yang lagi nyari keseimbangan.
Baca Juga: Patrick Kluivert: Striker Elegan yang Tinggalkan Jejak di Dunia Sepak Bola
Resmi Gabung Monaco, Pogba Akui Grogi

Pogba akhirnya diumumkan sebagai pemain baru AS Monaco. Kabar ini langsung bikin gempar jagat sepak bola Prancis. Banyak yang nggak nyangka. Tapi reaksi pertama Pogba sendiri juga cukup mengejutkan. Dia bilang grogi. Tangannya sampai berkeringat saat sesi perkenalan.
Dalam laporan dari Bola.com, Paul Pogba jujur mengungkapkan bahwa dia merasa gugup. Ini bukan hal biasa bagi pemain sekelas dia. Tapi mengingat dia baru lepas dari sanksi doping dan harus memulai segalanya dari awal, rasa canggung itu bisa dimaklumi.
Pogba bilang dia sangat termotivasi. Dia pengen buktikan ke publik bahwa dirinya belum habis. Masih ada sisa energi dan kualitas yang bisa diberikan. Dan Monaco jadi tempat yang dia rasa tepat buat proses kebangkitan itu.
Baca Juga: Ronaldo Kwateh ke Semen Padang: Gebrakan Berani Sang Kabau Sirah
Pertanyaan soal Kondisi Fisik Pogba
Masalah terbesar saat ini tentu adalah soal kondisi fisik Paul Pogba. Banyak yang mempertanyakan apakah dia masih bisa tampil di level tertinggi. Selama 18 bulan, dia nyaris nggak bermain kompetitif. Bahkan sebelum itu pun, dia sering diterpa cedera saat di Juventus.
Menurut laporan dari DetikSport, banyak pengamat ragu Pogba bisa kembali ke performa terbaik. Gerakannya memang masih elegan, tapi daya ledaknya sudah jauh berkurang. Usia juga bukan angka kecil lagi. Di usia 31, pemain dengan riwayat cedera seperti Pogba harus ekstra hati-hati.
Tapi jangan lupa, Pogba bukan pemain sembarangan. Dia pernah angkat trofi Piala Dunia bareng timnas Prancis. Kualitas tekniknya masih bisa diandalkan. Kalau Monaco bisa mengelola fisiknya dengan baik, dia tetap bisa jadi aset berharga.
Baca Juga: Kylian Mbappé, Bintang Sepak Bola Masa Kini
Monaco dan Filosofi Pengembangan Pemain
Langkah Paul Pogba gabung AS Monaco sebenarnya cukup logis kalau kita lihat dari sudut pandang pembangunan karier. Monaco dikenal sebagai klub yang bersahabat dengan pemain yang ingin mengembalikan performa. Klub ini punya fasilitas modern dan pendekatan yang personal terhadap pemain.
Monaco juga punya sejarah panjang dalam membina dan menghidupkan kembali karier bintang. Radamel Falcao pernah bersinar lagi di sini. James Rodríguez mencuri perhatian dunia waktu masih berseragam Monaco. Pogba bisa jadi cerita sukses selanjutnya.
Apalagi Ligue 1 adalah kompetisi yang cukup taktis dan tidak seberat Liga Italia dalam hal tekanan media. Di Prancis, Pogba bisa bermain dengan lebih bebas tanpa sorotan berlebihan. Ini penting untuk proses pemulihan mentalnya setelah drama panjang di Juventus.
Baca Juga: Ronaldo dan Al Nasr: Cerita Panjang yang Belum Usai
Gaya Bermain Pogba Masih Relevan?

Pertanyaan berikutnya adalah: apakah gaya main Paul Pogba masih cocok dengan sepak bola modern? Banyak yang bilang gelandang seperti Pogba mulai ketinggalan zaman. Terlalu santai, terlalu stylish, dan kurang agresif.
Tapi sebenarnya gaya Pogba tetap punya tempat di tim yang tahu cara menggunakannya. Dia bisa jadi pengatur tempo, pengirim umpan jauh, dan pemecah kebuntuan dari lini tengah. Kalau diberi kebebasan kreatif dan dilindungi oleh gelandang bertahan solid, Pogba masih bisa bersinar.
Di Monaco, dia mungkin nggak harus lari terus menerus. Klub ini punya pemain muda yang energik dan bisa menopang pergerakan Pogba. Yang penting dia bisa kembali menikmati permainan dan jadi inspirasi buat pemain muda di timnya.
Peluang Kembali ke Timnas Prancis?
Buat seorang Paul Pogba, main bagus di klub bukan sekadar soal kebanggaan pribadi. Targetnya lebih besar. Salah satunya adalah kembali mengenakan seragam timnas Prancis. Meski sekarang posisi lini tengah Les Bleus udah penuh talenta muda, Pogba tetap punya tempat di hati pelatih dan fans.
Kalau dia bisa tampil konsisten di Monaco, bukan mustahil Didier Deschamps mempertimbangkan memanggilnya kembali. Pengalaman Pogba di turnamen besar bisa sangat berguna buat tim nasional. Dan buat Pogba sendiri, kembali ke timnas bisa jadi puncak kebangkitan setelah masa kelam.
Tentu syarat utamanya adalah performa. Monaco bisa jadi batu loncatan. Tapi dia harus menunjukkan bahwa dia masih layak jadi pemain top Eropa. Setiap laga di Ligue 1 akan jadi ujian.
Suasana Ruang Ganti yang Lebih Positif
Salah satu alasan Pogba memilih AS Monaco adalah suasana tim yang jauh dari drama. Di Juventus, dia merasa dikucilkan. Di Manchester United dulu, dia juga sering terlibat konflik. Tapi di Monaco, suasananya lebih adem.
Pemain-pemain muda seperti Eliesse Ben Seghir, Vanderson, atau Maghnes Akliouche bisa belajar banyak dari Pogba. Dan Pogba sendiri tampaknya ingin mengambil peran sebagai mentor. Dia bukan lagi si bocah flamboyan seperti 10 tahun lalu. Sekarang dia pemain senior yang bisa memberi contoh.
Kalau hubungan di dalam tim berjalan baik, performa di lapangan pun akan ikut meningkat. Dan ini jadi kesempatan buat Pogba menunjukkan kedewasaan yang dulu sering diragukan orang.
Reaksi Media dan Fans Prancis
Kepindahan Paul Pogba ke Monaco tentu langsung jadi headline di media Prancis. Tapi reaksinya cukup beragam. Ada yang mendukung penuh, menganggap ini awal yang bagus buat Pogba. Tapi ada juga yang sinis, menyebut dia sudah habis dan hanya jadi beban buat klub.
Di sisi lain, banyak fans yang justru antusias. Mereka kangen melihat Pogba bermain di Ligue 1. Terakhir kali Pogba bermain di Prancis adalah saat dia masih junior di Le Havre. Setelah itu dia langsung merantau ke Manchester United. Jadi kepulangannya ke Liga Prancis seperti pulang kampung.
Kalau Pogba bisa memberikan kontribusi nyata di awal musim, opini publik bisa cepat berubah. Apalagi fans Prancis terkenal mudah tersentuh dengan cerita comeback. Pogba punya peluang besar buat merebut hati mereka lagi.
Harapan untuk Musim Pertama Bersama Monaco
Untuk musim 2025–2026 ini, ekspektasi terhadap Paul Pogba di Monaco mungkin tidak setinggi waktu dia kembali ke Juventus. Tapi justru di situlah keuntungannya. Dia bisa bermain tanpa beban, fokus pada kebugaran, dan pelan-pelan membangun performa.
Target realistis untuk musim ini adalah menjaga konsistensi dan membantu tim finish di zona Eropa. Kalau Monaco bisa lolos ke Liga Europa atau bahkan Liga Champions, kontribusi Pogba akan dikenang. Dan kariernya bisa punya warna baru.
Yang penting adalah menjaga kebugaran dan tetap fokus. Pogba harus belajar dari masa lalunya. Dia harus buktikan bahwa dia masih punya ambisi, dan bahwa dia kembali bukan sekadar numpang lewat