
strategi transfer Manchester City
Kalau ngomongin klub-klub top Eropa yang jago banget dalam urusan belanja pemain, nama Manchester City pasti masuk daftar teratas. Tapi jangan salah, mereka bukan sekadar jor-joran. Ada strategi transfer Manchester City yang terencana dan terstruktur dengan baik. Mereka tahu kapan harus boros, kapan harus hemat, dan kapan waktunya menunggu momen yang pas.
Musim panas 2025 ini jadi bukti baru. Manchester City kembali aktif di bursa transfer. Tapi bukan cuma soal nominal yang bikin orang melongo, lebih dari itu, mereka menunjukkan arah dan rencana besar yang sedang dibangun. Yuk kita bahas lebih santai tapi mendalam soal bagaimana strategi transfer Manchester City bekerja.
Mode Boros atau Tepat Sasaran?

Musim panas ini, banyak media menyebut bahwa City masuk ke “mode boros”. Angkanya fantastis. Menurut data dari Bola.net dan Liputan6, mereka sudah menghabiskan sekitar Rp6.42 triliun hanya untuk mendatangkan sembilan pemain. Wow.
Tapi kalau dilihat lebih jauh, sebenarnya strategi transfer Manchester City kali ini tidak sembarangan. Pep Guardiola dan manajemen klub tahu persis posisi mana yang harus diperkuat. Apalagi setelah musim lalu gagal mempertahankan gelar Liga Inggris, mereka sadar harus melakukan evaluasi besar.
Jadi meski kesannya boros, sebenarnya itu bentuk perencanaan jangka panjang yang mulai dijalankan lagi. Mereka membeli bukan karena panik, tapi karena punya blueprint yang jelas soal skuat masa depan.
Baca Juga: Drama Panas Jelang Musim Baru: Tijjani Reijnders Dilirik Manchester City, AC Milan Galau!
Daftar Transfer Masuk dan Keluar yang Rapi

Salah satu ciri khas dari strategi transfer Manchester City adalah keteraturan. Mereka jarang membeli pemain hanya karena hype atau tekanan publik. Semua berdasarkan kebutuhan tim dan kesesuaian filosofi bermain.
Musim panas ini, City melakukan beberapa pembelian penting seperti Dani Olmo, Michael Olise, dan Florian Wirtz. Tiga pemain ini bukan hanya muda dan berbakat, tapi juga sesuai dengan gaya main City yang dinamis dan fleksibel. Mereka bisa mengisi berbagai posisi di lini tengah dan depan. Cocok banget buat rotasi dan antisipasi cedera.
Sementara itu, dari sisi pemain keluar, beberapa nama senior seperti Jack Grealish dan Bernardo Silva dikabarkan siap hengkang. Ini menunjukkan bahwa Manchester City mulai meremajakan skuat. Mereka nggak takut melepas pemain besar demi regenerasi.
Langkah ini menandakan kalau strategi transfer Manchester City bukan sekadar soal membeli, tapi juga soal melepas dengan waktu yang tepat.
Baca Juga: Thom Haye Resmi Tinggalkan Almere City, Masa Depannya Jadi Rebutan Klub!
Visi Panjang Guardiola dan Tim Rekrutmen
Guardiola bukan tipe pelatih yang minta belanja besar tiap musim. Tapi dia juga nggak ragu minta pemain baru kalau merasa ada yang kurang. Yang menarik dari strategi transfer Manchester City adalah bagaimana keputusan Pep selaras dengan departemen scouting dan analisis data klub.
Mereka sudah menyiapkan daftar target sejak jauh-jauh hari. Jadi begitu bursa dibuka, mereka tinggal eksekusi. Hal ini bikin proses transfer lebih cepat dan tepat sasaran. Nggak heran kalau City jarang banget gagal dalam rekrutmen.
Para pemain yang datang bukan cuma dilihat dari skill, tapi juga dari karakter dan mentalitas. Mereka ingin pemain yang mau kerja keras, bisa main dalam tekanan, dan siap belajar filosofi permainan ala Pep.
Baca Juga: Virgil van Dijk, Benteng Kuat di Jantung Pertahanan
Reaksi Setelah Gagal Juara
Kegagalan mempertahankan gelar musim lalu memang bikin City sedikit tersentak. Mereka akhirnya menyadari bahwa dominasi tidak bisa berlangsung terus-menerus tanpa pembaruan. Ini yang jadi pemicu perubahan pendekatan transfer di musim ini.
Menurut laporan Bola.com, pihak internal klub mengakui bahwa mereka kurang agresif di bursa sebelumnya. Akibatnya, skuat jadi terlalu mengandalkan pemain lama yang mulai kelelahan dan menurun performanya.
Dari situ, muncullah rencana belanja besar. Tapi tetap dengan arah yang jelas. Strategi transfer Manchester City mulai bergeser ke arah pembangunan tim masa depan. Bukan cuma membentuk skuat juara sekarang, tapi juga menyiapkan pondasi buat tiga sampai lima musim ke depan.
Baca Juga: Ngobrolin Soal Striker Terbaik Dunia, Siapa Aja Sih?
Fokus ke Talenta Muda dan Multiguna
Hal lain yang mencolok dari pola belanja City adalah pilihan mereka terhadap pemain muda yang multitalenta. Mereka jarang beli pemain yang hanya bisa main di satu posisi.
Florian Wirtz contohnya, bisa main sebagai gelandang serang, winger, bahkan second striker. Dani Olmo juga serbaguna dan punya visi bermain yang tajam. Olise punya kecepatan dan teknik yang dibutuhkan untuk membongkar pertahanan ketat.
Dengan pemain-pemain seperti ini, Manchester City memperluas variasi taktik tanpa harus menambah banyak pemain. Artinya, mereka bisa tetap menjaga kedalaman skuat tanpa mengorbankan efisiensi.
Investasi Jangka Panjang Bukan Sekadar Nama Besar
Beda dengan beberapa klub lain yang sering beli nama besar untuk tujuan marketing, strategi transfer Manchester City lebih ke arah investasi performa jangka panjang. Mereka tahu pemain muda butuh waktu berkembang, tapi City siap sabar dan menunggu.
Ini juga didukung dengan sistem pelatihan internal yang kuat. Pemain muda punya ruang berkembang tanpa tekanan berlebihan. Bahkan pemain muda yang dibeli pun tidak langsung diturunkan sebagai starter. Mereka dilatih dulu, dibiasakan dengan sistem permainan, baru kemudian dimasukkan secara bertahap.
Contoh suksesnya jelas ada. Lihat saja Phil Foden yang kini jadi andalan timnas Inggris. Dulu juga dilatih secara bertahap. Begitu pula dengan Julian Alvarez dan Josko Gvardiol. Ini bukti bahwa City tahu cara mengembangkan aset mereka sendiri.
Adaptasi dengan Situasi Finansial Global
Meskipun disebut-sebut boros, sebenarnya City juga cukup cermat dalam mengatur keuangan. Mereka tahu kondisi pasar saat ini sedang tidak stabil, harga pemain makin melambung. Tapi mereka tetap menjaga keseimbangan antara belanja dan penjualan.
Beberapa penjualan pemain senior musim ini jadi sumber dana untuk pembelian baru. Jadi meski mengeluarkan uang dalam jumlah besar, sebagian dari itu berasal dari perputaran internal. Ini menunjukkan bahwa strategi transfer Manchester City tidak merusak neraca klub.
Mereka tahu kapan harus menahan diri, dan kapan harus all-out. Beda dengan era sebelumnya yang mungkin terlalu berani, sekarang mereka lebih bijak dalam menilai value seorang pemain.
Belanja Tanpa Gegabah, Fokus ke Sistem
Yang menarik dari cara City bekerja adalah mereka tidak panik meskipun kalah saing dengan rival di satu musim. Mereka tetap tenang dan membangun dari dalam. Guardiola percaya bahwa sistem yang baik lebih penting daripada bintang besar.
Makanya, meski nama-nama besar beredar di bursa transfer, City tetap memilih pemain yang sesuai dengan sistem. Mereka enggan mengambil pemain yang terlalu egois atau terlalu individualistis. Buat City, harmoni dalam tim jauh lebih penting.
Bahkan kadang mereka membiarkan target tertentu pergi ke klub lain kalau merasa tidak cocok secara karakter. Ini bagian dari strategi transfer Manchester City yang berorientasi pada tim, bukan pada popularitas.
Efek ke Liga Inggris dan Tim Nasional
Langkah transfer City juga punya dampak besar ke kompetisi domestik dan tim nasional. Dengan mendatangkan pemain muda yang potensial, klub lain ikut terpacu untuk melakukan regenerasi.
Di sisi lain, banyak pemain Inggris muda yang mendapat pengalaman berharga di klub seperti City. Hal ini jadi nilai tambah untuk timnas Inggris. Kombinasi antara pengalaman internasional dan pembinaan yang baik bisa jadi modal besar di turnamen internasional.
Tidak heran kalau banyak analis menyebut bahwa Manchester City adalah mesin pengembang bakat sepak bola modern.
Tantangan Musim Depan dan Ekspektasi Fans
Dengan belanja besar dan rencana matang, ekspektasi terhadap City musim depan tentu tinggi. Mereka dituntut bukan cuma juara di Inggris, tapi juga bersaing di Liga Champions. Para fans menunggu pembuktian dari pemain baru yang didatangkan.
Tapi yang menarik adalah, fans City sekarang sudah mulai memahami bahwa kesuksesan tidak datang dari instan. Mereka melihat progres tim dan menghargai proses. Itu sebabnya strategi transfer Manchester City mendapat dukungan luas dari pendukung setianya.
Dengan kombinasi pelatih jenius, manajemen yang profesional, dan pemain-pemain muda berbakat, City mungkin sedang membangun dinasti baru. Bukan tidak mungkin mereka akan menjadi raksasa Eropa yang stabil dalam 10 tahun ke depan